MIS AL-IKHLASIAH

KANTOR SEKRETARIAT : YAYASAN MADRASAH AL IKHLASIAH - TINGKAT : MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (MDTA) - JL. BEO INDAH NO. 13 - KEL. SEI SIKAMBING B - KEC. MEDAN SUNGGAL - KOTA MEDAN - KODEPOS 20122 - PROVINSI SUMATERA UTARA - PHONE : 061.8455401 - HP : 081396455085 - 081260606024 - Email : mis.alikhlasiah@gmail.com - mis.ikhlasiah@yahoo.co.id - Website : misikhlasiahmedan.blogspot.com

Minggu, 07 Desember 2014

SEJARAH SINGKAT : ISTANA MAIMOON DAN MERIAM PUNTUNG/PUTRI HIJAU

A. Simbol Kerajaan Deli


ARTI SIMBOL KERAJAAN DELI
(Diciptakan masa Pemerintahan Sultan Mahmud Al Rasyid)

Arti Simbol :
1. Mahkota dengan bintang dipuncak ; Simbol Pimpinan Karena Allah SWT
2. Payung Bertingkat Tiga ; Payung Kebesaran Menggambarkan Perlindungan yang bertingkat yaitu Raja, Orang BEsar, dan Rakyat.
3. Bendera/Pataka, Kain Kuning Dengan Dua Binang Mas Sudut Atas Diikat Pada sebatang Tombak "AGAM" ; Tanda Kesultanan yang Mendapat Ilham, Terjaga, Dan Bijaksana.
4. Tombak Berambu ; Kawal Utama Luar (REGALIA)
5. Pedang ; Kawal Dua (REGALIA)
6. Keris ; Kawal Terakhir (REGALIA)
7. Susunan Kapas ; Kemakmuran
8. Susunan Daun Tembakau ; Kejayaan
9. Perisai Dengan Gambar Petaratna, Tongkat, Tepak ; Pimpinan Adat Hukum dan Rakyat yang Terjaga
10. Bintang Besar Dibawah Perisai ; Sinanr Petunjuk
11. Lima Sayap Ekor Dibagian Bawah ; Hukum Islam Yang Lima Jadi Landasan
12. Simetris ; Adil Tidak Berat Sebelah
13. Warna-warna ; Kunig = Tua Mulia, Putih = Suci Bersih, Hijau = Hidup Daya

B. Sekilas Sejarah Kerajaan Melayu Deli
      Pada abad ke-16 berdiri sebuah kerajaan, yang bernama Kerajaan ARU terletak di daerah sungan Lalang atau Deli Tua sekarang.Pada tahun 1612 Kerajaan ARU ditaklukkan oleh pasukan Kerajaan Aceh, dibawah pinpinan Panglima Hisyamuddin seorang turunan dari Zulkarnaeni Bahasid Syekh Batraluddin Hindustan dari negeri Shindi Hindustan.

      Akhirnya ia diangkat oleh Sultan Iskandar Muda dari kerajaan Aceh sebagai Wakil Kerajaan untuk daerah Sumatera Timur yang berkedudukan di sungan Lalang dan diberi gelar Panglima Gocah Pahlawan.
Berikut Raja Deli :
1. TUANKU PANGLIMA GOCAH PAHLAWAN
        Akibat perubahan waktu dan situasi lingkungan pada tahun 1632 kerajaan Aceh menetapkan berdirinya Kerajaan Deli dan diangkatlah Panglima Gocah Pahlawan diangkat menjadi Raja Deli I dengan gelar Tuanku Panglima Gocah Pahlawan dan mangkat pada tahun 1669.

2. TUANKU PANGLIMA PARUNGGIT
     Raja Deli II ini memerintah dari tahun 1669, dan memindahkan pusat kerajaan ke daerah Padang Datar atau dikenal Medan sekarang. Tuanku Panglima Parunggit mangkat pada tahun 1698 dan diberi gelar Marhum Kesawan.

3. TUANKU PANGLIMA PADRAP
      Raja Deli III ini memerintah dari tahhun 1698 samapai tahun 1728 dan yang perlu dicatat dari panglima yang mempunyai 4 orang putra ini adalah memindahkan pusat kerajaan ke daerah Pulo Brayan sekarang.

4. TUANKU PANGLIMA PASUTAN
      Raja Deli IV ini mulali memerintah dari tahun 1728 sampai tahun 1761. dengan memindahkan pusat kerajaan ke Lbuhan Deli serta memberi gelar Datuk untuk memperkokoh kedudukan Kepala-kepala Suku (sibayak-sibayak) yang merupakan penduduk Asli kerajaan Deli. Dan lebih dikenal dengan sebutan Datuk 4 Suku yang merupakan berasal dari 4 daerah :
a. Daerah Sepuluh Dua Kuta (daerah Hamparan Perak dan sekitarnya)
b. Daerah Serbanyaman (daerah Sunggal dan sekitarnya)
c. Daerah Senembah (daerah Patumbak, Tanjung Morawa, dan sekitarnya)
d. Daerah Sukapiring (daerah Kampung Baru, dan Medan Kota dan sekitarnya).

5. TUANKU PANGLIMA GANDAR WAHID
      Raja Deli VI ini memerintah dari tahun 1761 sampai dengan tahun 1805. Dibawah kepemimpinannya kedudukan Datuk Empat Suku semakin kokoh sebagai wakil rakyat.

6. SULTAN AMALUDDIN PENGEDAR ALAM
      Putra ketiga dari Tuanku Panglima Gandar Wahid ini memerintah dari tahun 1805 sampai tahun  1850, pada masa pemerintahannya hubungan dan pengaruh kerajaan Siak lebih kuat dari kerajaan Aceh, hal ini ditandai dengan pemberian gelar kesultanan kepada Kerajaan Deli.

7. SULTAN OSMAN PERKASA ALAMSYAH
      Sultan yang memerintah dari tahun 1850 sampai tahun 1858 ini mendapat pengesahan dari kerajaan Aceh bahwasanya Kesultanan Deli merupakan daerah yang berdiri sendiri yang ditandai dengan diberikannya pedang Bawar dan cap Sembilan . Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh kerajaan Siak di Kesultanan Negeri Deli.

8. SULAN MAHMUD AL RASYID PERKASA ALAMSYAH
      Sultan yang memerintah dari tahun 1858 sampai tahun 1873 ini memulai hubungan dengan pemerintah Belanda. hal ini ditandai dengan kerja sama pembukaan lahan tembakau di daerah kerajaan Deli.

9. SULTAN MA'MOEN AL RASYID PERKASA ALAMSYAH
      Sultan yang dinobatkan pada usia muda ini memerintah dari tahun 1873 sampai tahun 1924. Pada masa pemerintahannya perdagangan tembakau seudah semakin maju dan kemakmuran Kesultanan Deli mencapai puncaknya. Beliau memindahkan pusat kerajaan ke Medan dan mendirikan Istana Maimin pada tanggal 26 Agustus 1888, yang diresmikan pada tanggal 18 Mei 1891.
      Disamping Istanan Maimoon, di masa pemerintahannya juga mendirikan antara lain :
1. Mesjid Raya Al Mashun yang didirikan pada tahun 1907 dan diresmikan pada hari Jumat tanggal 10 September 1909 (25 Sya'ban 1329 H).
2. Tahun 1906 dibangun sebuah kantor Kerapatan yang berfungsi sebagai Mahkamah Keadilan bagi pemerintahan Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah (sekarang bekas Kantor Bupati Tl. II Deli Serdang), diresmikan pada tanggal 5 Mei 1913.
3. Membangu n fasilitas-fasilitas umum lainnya demi kemajuan masyarakat dan juga 2 buah bangunan mesjid di daerah-daerah untuk kepentingan syiar Islam pada waktu itu.

10. SULTAN AMALUDDIN AL SANI PERKASA ALAMSYAH

      Memerintah dari tahun 1924 sampai tahun 1945. Pada masa pemerintahannya hubungan dagang dengan luar negeri dan kerajaan-kerajaan lainnya di nusantara terjalin dengan baik. Hal ini ditandai dengan pengembangan pelabuhan laut.

11. SULTAN OSMAN AL SANI PERKASA ALAM
      Putra tertua Sultan AmaluddinAl Sani Perkasa Alamsyah ini menjadi penguasa Adat dari tahun 1945 sampai tahun 1965

12. SULTAN AZMI PERKASA ALAM
      Beliau menggantikan ayahandanya Sultan Osman Al Sani Perkasa Alam sebagai penguasa tertinggi adat istiadat Melayu Deli dari tahun 1965 sampai tahun 1996.

13. SULTAN OTTEMAN MAHMUD MA'MUN PADERAP PERKASA ALAM SHAH
      Beliau menggantikan Ayahandanya sejak tahun 1996 sebagai pengetua tertinggi Adat Istiadat Melayu Deli. Beliau wafat pada tanggal 21 Juli 2005 sebagai Perwira TNI yang sedang bertugas di Daerah Istimewa Aceh.

14. SULTAN MAHMUD LAMANTJITJI PERKASA ALAM
Beliau menggantikan ayahandanya sejak 21 Juli 2005, pda usia 8 tahun sampai saat ini.

C. Istana Maimoon dan Tinjauan Arkeologis
1. Istana Maimoon dan lingkungannya

Istana Maimoon Dahulu
Istana Maimoon
      Istana Maimoon adalah salah satu di antara warisan budaya nenek moyang yang masih hidup (life menument) yang berlokasi di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Bangunan ini berdiri di atas sebidang tanah berukuran 217 x 200 M dikelilingi pagar besi setinggi 1 M dan menghadap ke timur, disebelah baratnya mengalir sungai Deli.

      Sebagaimana lazimnya bangunan istana kerajaan Islam pada zaman dahulu yang selalu dikaitkan dengan mesjid. Kira-kira 100 M di depan Istana Maimoon terdapat bangunan Masjid Al Mashun yang tentunya dahulu berfungsi sebagai mesjid kerajaan.
Masjid Al Mashun
      Masjid ini lebih dikenal sebagai Mesjid Raya Medan dan merupakan salah satu di antara bangunan mesjid yang paling indah yang berasal dari kerajaan Islam di Indonesia masa lampau dan memperlihatkan gaya arsitektur Timur Tengah, India, bahkan Eropa. Selain Mesjid Raya di depan Istana Maimoon terdapat juga bangunan-bangunan lain yang mempunyai kaitan historis dengan Istana Maimoon karena dibangun oleh tokoh yang sama dan pada kurun waktu yang bersamaan, yaitu Taman Sri Deli dan Balai Kerapatan yang sekarang sudah berubah fungsi menjadi Kantor Bupati Tk. II Kabupaten Deli Serdang.
Taman Sri Deli
Balai Kerapatan
      Luas Istana Maimoon 2772 M2 dan menurut denahnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. Bangunan induknya mempunyai penampil pada bagian depan dan belakang. Panjang bangunan dari depan 75,30 M dan tingginya 14,40 M. Bangunan ini bertingkat dua yang ditopang sekelilingnya oleh 82 buah tiang batu dan 43 buah tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk lunas perahu terbalik dan ladam kuda. Atapnya berbentuk limasan dan kubah (dome), sedangkan dari segi bahannya adlah atap sirap dan tembaga (seng). Atap limasan terdapat pada bangunan-bangunan induk, sayap kiri dan kanan. Sedangkan atap kubah sebanyak tiga buah terdapat pada penampil depan.
            
     Istana Maimoon ini di bagian atasnya mempunyai 12 ruangan, 2 ruangan yang besar untuk upacara kerajaan dan 10 ruangan yan glebih kecil untuk kelengkapannya. Sedangkan bahagian bawahnya ada 10 ruangan termasuk kamar mandi, dapur, kantor Sultan, penjara sementara dan tempat penyimpanan barang.
Di sisi kanan di depan Istana berdiri sebuah bangunan atau rumah Batak Karo, di dalamnya ditempatkan sebua meriam yang puntung (putus), oleh sebagian masyarakat benda ini dianggap suci dan keramat serta selalu dihubungkan dengan legenda Putri Hijau.
Bangunan Rumah Batak Karo tempat Meriam Puntung diletakkan
      Kira-kira 10 M di depan Istana ada semacam Altar atau panggung yang dahulunya bangunan itu adalah pondasi atau landasan dari dua buah patugn kuda yang berfungsi sebagai pancuran atau waterspot.

2. Arkeologis dan Arsitektur
      Istana Maimoon yang didirikan dengan biaya FI. 100.000 dengan arsitek seorang tentara KNIL yang bernama Kapt. TH. Van ERP, didisain meniru berbagai gaya yaitu gaya tradisional istana-istana melayu yang memanjang di depan dan bertingkat dua juga pola India Islam (moghul) dan diambil dari eropa.
Begitu juga dalam ukiran-ukiran terutama di ruang balairung Sri bercampur baur. Ukiran Melayu Tradisional dapat dilihat pada Pagar Tringgalum pinggiran atas lesplank dengan bentuk Pucuk Rebung yang terkenal  dinding sebelah atasnya dengan bentuk Awan Boyan. Langit-langit dengan kubisme gaya India Islam.

      Tahta singgasana baru didirikan di zaman pemerintahan Sultan Amaluddin Sani Perkasa Alamsyah, karena dari salah satu gambar lama masa Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah memerintah, singgsananya berbentuk lain. Pada tahta yang ada sekarang kita lihat ukiran foliage dan bunga corak ukiran melayu yaitu Bungan Tembakau ukiran atas depan Awan Boyan samping atas bulatan bunga matahari.

Singgasana Kesultanan Deli
     
       Berdasarkan prasasti berbahasa Belanda dan melayu yang terdapat pada sekeping marmar di kedua tiang ujung tangga naik, dapat diketahui bahwa peletakan batu pertama pembangunan Istana Maimoon dilakukan pada tanggal 26 Agustus 1888 oleh Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah dan mulai ditempati pada tanggal 18 Mei 1891. Dengan demikian hingga kini sekarang istana ini telah berusia lebih dari satu abad yang tentu saja dari sudut arkeologis kurun waktu tersebut tidaklah terlalu tua. 

Prasasti Batu Pertama

      Banyak hal yang ditampilkan oleh kemegahan Istana Maimoon ini, dengan demikian bila dilihat dari segi arsitekturnya Istana Maimoon memiliki nilai yang tinggi dan menduduki tempat tersendiri dalam sejarah kesenian Islam di Indonesia. Kalau Abu Bakar Aceh menyebutkan bahwa Mesjid Raya Medan yang terletak di depan Istana Maimoon sebagai satu-satunya mesjid yang mewakili bentuk kesenian Islam di Indonesia, kalau diperhatikan Istana Maimoon dapat juga merupakan satu-satunya bangunan istana yang dapat mewakili bentuk kesenian Islam di Indonesia pada umumnya dalam hubungannya dengan kesenian Islam Timur Tengah dan India.

      Disamping itu kalau dikaitkan dengan letak dan hadap istana yang dihubungkan dengan Mesjid Raya sebagai Mesjid Istana (keraton) ternyata pola-pola keletakan istana (keraton) kuno dengan alun-alun sebagai titik sentralnya klop pada konteks Istana Maimoon ini sekalipun besar kemungkinannya bahwa areal antara bangunan Istana dengan Mesjid Raya dulu merupakan tanah lapangan atau alun-alun.

      Oleh karena itu ditinjau dari sudut arkeologi maupun arsitekturnya, Istana Maimoon termasuk salah satu di antara monument yang harus dilindungi, dipelihara, dan jika mungkin untuk dilestarikan agar generasi penerus tidak kehilangan data dalam merekonstruksi masa lampaunya.

D. Legenda Putri Hijau dan Meriam Puntung


      Pada sekitar tahun 1612 terdapat kerajaan Haaru Baru yang diperkirakan terletak di daerah Deli Tua sekarang. Dan kerajaan ini mempunyai putra-putri 3 orang, yaitu :
1. Mambang Diazid
2. Putri Hijau
3. Mambang Khayali (Mambang Sakti)

      Dan dikisahkan pada zaman tersebut bahwa kerajaan Haru Baru mendapat serangan dari Kerajaan Aceh yang diperintah oleh Sultan Iskandar Muda. 
Sultan Iskandar Muda
      Dalam pertempuran tersebut dikisahkan juga pada saat pasukab kerajaan Aceh dapat memasuki benteng pertahanan Kerajaan Haru Baru, Mambang Khayali (Mambang Sakti) menghilang dan kemudian meletus secara terus menerus dengan sendirinya, disebabkan karena meletus tanpa henti meriam tersebut menjadi panas dan akhirnya pecah menjadi beberapa bagian. Oleh karena sebab itu meriam tersebut dinamakan Meriam Puntung. Dan hingga kini, pecahan meriam tersebut ada di Istana Maimoon dan Desa Sukanalu di dataran tinggi Karo.

Meriam Puntung di Istana Maimoon
Bagian Meriam Puntung di Sukanalu Karo
Kebiasaan Masyarakat Saat Mengunjungi Meriam Puntung
      Dikisahkan Putri Hijau dapat dibawa oleh pasukan Kerajaan Aceh kembali pulang ke kerajaan Aceh dengan persyaratan yang diminta oleh Putri Hijau sebagai berikut :
1. Peti Kaca ; yang digunakan untuk membawa Putri Hijau selama perjalanan ke Kerajaan Aceh
2. Bertih ; padi yang dipanaskan tanpa minyak
3. Telur Ayam ; yang ditaburkan ke laut saat kapal yang membawa Putri Hijau dan pasukan kerajaan Aceh memasuki pelabuhan di kerajaan Aceh.

Ilustrasi Putri Hijau dan Naga Mambang Diazid
Pada saat kapal pasukan kerajaan Aceh memasuki pelabuhan ditaburkan bertih dan tlur ayam ke laut dan tiba-tiba muncul seekor Naga dari dalam laut yang diperkirakan adalah jelmaan Mambang Diazid yang kemudian Naga tersebut mengambil dan menyambar peti kaca yang berisikan Putri Hijau dari atas kapal pasukan kerajaan Aceh. Kemudian Naga tersebut beserta peti kaca yang berisikan Putri Hijau kemblai menghilang ke dalam laut, yang disaksikan oleh masyarakat Kerajaan Aceh di pelabuhan yang menanti menyambut kepulangan pasukannya. Dan pelabuhan kerajaan Aceh tersebut diperkirakan di daerah Panton Labu Acehh Timur sekarang.

Sumber :
Buku Sejarah Singkat - Istana Maimoon dan Meriamm Puntung/Putri Hijau
Medan Indonesia ; halaman 1-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar